Hematologi (II) : Fibrinolisis dan Antifibrinolitika

 Hematologi (II) : Fibrinolisis dan Antifibrinolitika

Fibrinolisis

Sistem fibrinolisis berfungsi sebagai sistem pengendali yaitu untuk memastikan bahwa koagulasi dibawah kontrol melaui penguraian bekuan dengan melarutkan kembali trombin sehinggga akan mencegah terjadinya trombosis. Fibrinolisis merupakan mekanisme pecahnya benang fibrin (salah satu agen pembeku darah yang diproduksi dalam darah sebagai produk akhir koagulasi). Darah juga mengandung enzim fibrinolitik yang berguna mencegah pembentukan gumpalan atau pembekuan darah pada area yang tidak terluka, sehingga tidak akan menghalangi aliran darah, dan juga enzim ini akan menghancurkan fibrin bila luka telah sembuh. Obat yang dapat mengaktifkan kerja fibrinolisis dapat juga menyembuhkan penyakit seperti embolisme paru-paru, dan infark myocardial yang disebabkan karena adanya gumpalan darah yang menghalangi aliran darah.

Sistem fibrinolisis terdiri atas 4 komponen, yaitu :

1.    Praktivator plasminogen, yang terdapat dalam sirkulasi yang kemudian diubah oleh XIIa menjadi aktivator plasminogen.

2.    Aktivator plasminogen dirangsang oleh faktor Hageman aktif (XIIa) dalam sistem koagulasi, kalikrein dan aktivator plasminogen lain yang dibebaskan oleh jaringan. Aktivator plasminogen jaringan (tPA) spesifik dibebaskan tempat kerusakan pembuluh darah akan mengubah plasminogen menjadi plasmin di dalam bekuan di tempat cidera. Aktivator ini memiliki afinitas yang sangat tinggi terhadap fibrin, sehingga pengaktifan fibrinolisis teralokasi di dalam bekuan dan tidak dalam darah yang bersirkulasi.

3.    Plasminogen diubah menjadi plasmin oleh aktivator plasminogen.

4.    Plasmin adalah suatu enzim proteolitik yang dapat menghidroloisis fibrinogen dan fibrin, serta menghasilkan fibrin (produk degradasi fibrin atau FDP). Salah satu fragmen FDP dapat bereaksi dengan trombin sehingga menyebabkan fibrin rapuh. FDP juga dapat mengganggu fungsi trombosit. Selain itu plasmin juga dapat memecah faktor V, VIII, XIII, C3 dan mengaktifkan prekalikrein menjadi kalikrein untuk selanjutnya melepaskan kinin dari kininogen.

Antifibrinolitika

Obat-obatan  yang digunakan sebagai terapi yang dapat mencegah terjadinya risiko re-bleeding disebut denganAntifibrinolitik. Golongan obat antifibrinolitikini bekerja menghambat aktivasi plasminogen menjadi plasmin, mencegah break-up dari fibrin dan menjaga stabilitas menggumpal. Antifibrinolitik merupakan golongan obat yang digunakan untuk meningkatkan hemostasis, terutama ketika fibrinolisis berkontribusi terhadap perdarahan. Perdarahan fibrinolitik dapat berhubungan dengan komplikasi bedah dan gangguan hematologi seperti trombositopenia, hemofilia, sirosis hati, dan penyakit neoplastik. Obat ini bekerja secara ireversibel memblok ikatan lisin pada plasminogen, sehingga mencegah aktivasi plasmin, dan karena itu menghentikan lisis dari fibrin terpolimerisasi. Jenis/contoh obat antifibrinolitik antara lain asam traneksamat dan asam aminokaproat.

Asam Traneksamat

Asam Traneksamat (Tranexamic Acid) Merupakan Derivat Asam Amino Lisin Yang Bekerja Menghambat Proses Fibrinolisis, Sehingga Mempercepat Perdarahan Berhenti. Farmakokinetik Asam Traneksamat Adalah Diabsorpsi Secara Cepat Di Plasma Darah, Berikatan Dengan Protein Dan Didistribusikan Melalui Plasma Ke Jaringan, Sebagian Kecil Yang Dimetabolisme, Dan Kemudian Dieliminasi Melalui Ginjal.

Indikasi Untuk digunakan pada pasien dengan hemofilia untuk penggunaan jangka pendek (2-8 hari) untuk mengurangi atau mencegah perdarahan dan mengurangi kebutuhan untuk terapi penggantian selama dan setelah pencabutan gigi. Hal ini juga dapat digunakan untuk perdarahan yang  Mekanisme kerja antifibrinolitik  berlebihan dalam kasus menstruasi, operasi, atau trauma. Serta digunakan dalam pengobatan perdarahan pasca operasi berlebihan

Dosis Umum Dosis asam traneksamat yaitu dosis oral 1-1,5 g (15-25 mg/kg) 2-3 kali per hari. Dosis IV biasanya 0,5-1 g dengan injeksi lambat tiga kali per hari. Atau, dosis awal dapat diikuti oleh infus 25-50 mg/kg selama 24 jam. Dosis harus dikurangi untuk 5-10 mg/kg IV pada pasien dengan gagal ginjal.

Farmakodinamik

Asam traneksamat bekerja pada proses pembekuan darah. Asam traneksamat merupakan derivat asam amino lisin yang bekerja menghambat proses fibrinolisis. Asam amino lisin yang memiliki afinitas tinggi akan menempel pada reseptor plasminogen, sehingga plasmin tidak dapat diaktifkan. Akibatnya proses degradasi fibrin dan faktor pembekuan lainnya oleh plasmin tidak terjadi.Mekanisme dari asam traneksamat adalah secara kompetitif menghambat aktivasi plasminogen (melalui mengikat ke domain kringle), sehingga Struktur kimia Asam Traneksamat mengurangi konversi plasminogen menjadi plasmin (fibrinolisin), enzim yang mendegradasi bekuan fibrin, fibrinogen, dan protein plasma lainnya, termasuk faktor-faktor prokoagulan V dan VIII. Asam traneksamat juga langsung menghambat aktivitas plasmin, tetapi dosis yang lebih tinggi diperlukan daripada yang dibutuhkan untuk mengurangi pembentukan plasmin

Farmakokinetik

Asam traneksamatdiabsorpsi secara cepat di plasma darah, sedangkan melalui sistem gastrointestinal hanya 50%, dan dosis puncak sekitar 1-5 jam. Asam traneksamat berikatan dengan protein dan didistribusikan melalui plasma ke jaringan. Hanya sebagian kecil obat yang dimetabolisme, dan kemudian dieliminasi melalui filtrasi di glomerulus ginjal.asam traneksamat tidak berikatan dengan albumin. Oleh protein, asam traneksamat akan beredar di plasma dan selanjutnya dibawa ke jaringan. Asam traneksamat dapat menembus ke sawar darah plasenta. Selain itu, juga dapat berdifusi ke membran sinovial dan cairan sendi dengan konsentrasi yang sama dengan di plasma. Sebagian kecil asam traneksamat juga ditemukan di air susu ibu (ASI) dengan konsentrasi seperseratus dari total, menembus sawar darah otak dan ditemukan di cairan serebrospinal dengan konsentrasi sepersepuluh, dan aqueous humor dengan konsentrasi sepersepuluh. Asam traneksamat juga terdeteksi ditemukan di cairan semen dan menghambat fibrinolisis, namun tidak mempengaruhi migrasi semen. Konsentrasi asam traneksamat yang ditemukan di jaringan lebih rendah dibandingkan di plasma darah.

Ø  Absorbsi

asam traneksamat dalam bentuk Injeksi diabsorbsi secara cepat di plasma darah. Sedangkan asam traneksamat oral diabsorbsi di sistem gastrointestinal hanya sebesar 50%, dan akan masuk peredaran darah. Onset asam traneksamat untuk bekerja mencapai puncaknya adalah sekitar 1-5 jam.

Ø  Eliminasi

asam traneksamat di eliminasi diginjal tepatnya melalui filtrasi di glomerulus. Sebanyak 40% dari dosis oral, dan 95% dari dosis intravena akan dikeluarkan melalui urin dalam waktu 24 jam. Klirens ginjal sama dengan klirens plasma, yaitu 110-116 ml/menit. Waktu paruh asam traneksamat adalah sekitar 2 sampai 11 jam.

 

Daftar Pustaka

Boedhianto, F. X. 1986. Patologi Klinik. Surabaya : Universitas Airlangga Press.

Brown, R. S. 2015. Antifibrinolytic Drugs (Aminocaproic Acid and Tranexamic Acid) : Treatmeant Perspectives for Dental Surgery. Current Oral Health Reports. 2 (3):143-147.

Handayani, W dan S, A, Wibowo.2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Hematologi. Salemba Medika, Jagakarsa.

Permasalahan

1. Secara farmakodinamiknya asam traneksamat juga memiliki aktivitas antiinflamasi. Bagaimana mekanisnya?

2. Bagaimana mekanisme kerja dan dampak asam traneksamat di susunan saraf pusat?

3. Adanya makanan pada sistem pencernaan pada saat kita mengkonsumsi asam traneksamat apakah akan mempengaruhi parameter Farmakokinetiknya?

Komentar

  1. wah sangat membantu terimakasih nadia

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih kembali yuhana, saya senang bisa membantu dimana saya juga masih belajar

      Hapus
  2. Terimakasih dara, blog nya sangat membantu

    BalasHapus
  3. Wahhh artikelnyaa sangat bermanfaat sekali^^ semangatt buat next artikelnya Jangan berhenti berkaryaa ya kak💪🏻

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih atas semangatnya semoga disini kta bisa sama sama belajar

      Hapus
  4. Makasih kaka dara, bermanfaat sekali artikelnyaaaa sangat membantu

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaah saya senang sekali apa yang saya bagikan bisa bermanfaat. terimakasih kembali

      Hapus
  5. Artikelnya bagus banget, lengkap dan dijelaskan dengan detail

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimaksih tasya semoga apa yang saya bagikan bermanfaat

      Hapus
  6. baiklah, disini saya akn bantu jawab pertanyaan no 2

    Di susunan saraf pusat (SSP), asam traneksamat dapat berikatan dengan reseptor GABAA sehingga menyebabkan hambatan proses GABA-mediated-inhibition di SSP. Dampak dari hambatan ini adalah hipereksitabilitas sistem saraf yang dapat memicu kejang. Memang pada percobaan pemberian topikal asam trankesamat pada hewan ke susunan saraf pusat, obat ini dapat memicu kejang. Kejadian kejang ini juga terjadi saat asam traneksamat tidak sengaja dimasukan ke pasien secara intratekal.

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaaaaaaaaah terimakasih banyak, telah membantu saya dalam menjawab pertanyaan no 2.

      Hapus
  7. hay nadya saya akan mencoba membantu menjawab pertanyaan no 1,,,asam traneksamat juga diketahui mempunyai efek antiinflamasi secara tidak langsung, yaitu dengan cara mengurangi jumlah plasmin yang beredar. Plasmin diketahui berperan dalam mengaktivasi sel inflamasi dan protein, termasuk monosit, neutrofil, platelet, komplemen, dan sitokin. Karena itu asam traneksamat dapat dipertimbangkan untuk terapi angioedema herediter, yaitu mencegah serangan angioedema jangka panjang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hay juga yuhana terimakasih atas jawababnya sangat mudah di mengerti

      Hapus
  8. Artikelnya sangat bagus sekali..tetap semngat ya untuk artikel selnjutnya smga makin bagus

    BalasHapus
  9. Bagus artikel anda sangat membantu dan memperluas wawasan bagi banyak orang

    BalasHapus
  10. Sangat singkat, jelas dan padat sehingga mudah dimengerti oleh org awam.

    BalasHapus
  11. Halo Nadya terima kasih ya atas ilmunya, izin menjawab yang nomer 3

    Konsenterasi maksimum asam traneksamat dalam plasma dapat dicapai dalam jangka waktu 3 jam setelah pemberian oral. Adanya makanan dalam sistem pencernaan tidak mempengaruh absorpsi maupun parameter farmakokinetik lainnya dari obat.

    BalasHapus
  12. Haii nadya, artikelnya sangat mengedukasi.
    Terimakasih yaa

    BalasHapus
  13. Artikelnya menambah ilmu ...thankyou

    BalasHapus
  14. Terimakasih banyak atas ilmunya, artikelnya sangat bermanfaat 🙏🏻

    BalasHapus
  15. Artikelnya informatif dan menarik. Semangat min

    BalasHapus

Posting Komentar